"Water and Environment"

Saturday, December 4, 2010

Planu Assaun Komunidade (PAK)

(Suatu Instrumen Untuk Merubah Pola Pikir dan Mental Masyarakat di Tingkat Rural )


Di tulis oleh:

Alarico Moniz, Lc.Ec*


Pendahuluan

Planu Asaun Komunidade (PAK) atau di kenal juga sebagai Community Action Plan (CAP) adalah suatu proses analisa sosial yang mengikutsertakan keterlibatan total masyarakat dalam membuat perencanaan dan aksi. PAK atau CAP mensubyekan masyakarakat sebagai komponen utama dalam pemetaan terhadap pembangunan dan proses implementasi secara komprehensif melalui masyarakat itu sendiri.

Sebelum dinamakan CAP atau PAK, proses ini dikenal juga dengan konsep PRA (Participatory Rural Appraisal) seperti dipakai secara internasional. Konsep PRA sebenarnya tidak jauh berbeda dengan CAP,[1] karena hakikinya mengunakan metode dan alat analisis yang sama. Penggunaan CAP dilihat lebih merefleksikan kondisi real Timor Leste dimana masyarakat menjadi target utama dalam pelaksanaan kegiatannya. Selain itu diterjemahkannya CAP ke dalam bahasa Tetun seperti istilah “PAK” diharapkan lebih memudahkan pemahaman masyarakat basis dalam pola pendekataan dan pelaksanaan CAP itu sendiri.

Esensinya, CAP atau PAK merupakan suatu metode dasar untuk merubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang cenderung “dependen”[2], lalai dan tidak terawat menjadi suatu masyarakat yang kreatif, inisiatif, proaktif dalam pembangunan daerahnya. Hal ini tentunya berorientasi pada pola perubahan, cara berpikir dan mentalitas masyarakat untuk dapat memacu hidup dan komunitas mereka terutama dalam proses perencanaan dan pembangunan daerahnya. Karenanya, tujuan PAK atau CAP diharapkan membawa mayarakat pada proses kesadaran akan “kepemilikan pada sumber daya” dan seterusnya mengembangkan pemanfaatan sumber daya tersebut untuk pembangunan komunitas madani.[3] Orientasi ini pada gilirannya mendorong masyarakat untuk menyadari pentingnya rasa kepemilikan (Community Ownership Management), memanfaatkan demi pembangunan yang konstruktif secara berkelanjutan.

Alat Analisis Sosial dalam Metode CAP[4] / PAK

Ada beberapa metode analisis penting yang dipakai dalam pelaksanaan CAP/PAK. Metode (alat) tersebut dirancang secara sederhana sesuai dengan kebutuhan masyarakat di tingkat basis (rural). Tool (alat analisis) tersebut meliptui: Social Map (Pemetaan Sosial), Transect Walk (Jalan Bersama) Matrix Gender (Analisis Gender), Seasonal Calender (Kalender Musim Tahunan), Historical Term (Cerita dari jaman ke jaman), History Telling (Cerita Pendek), Diagram Venn (Diagram Venn untuk analisis Stakeholders), dan Focus Group Discussion (Fokus Kelompok Diskusi). Metode-metode analisis tersebut diharapkan membawa masyarakat pada suatu kesadaaran akan adanya sumber daya serta meningkatkan rasa kepemilikan untuk pembangunan daerah setempat secara berkelanjutan.

Metode analisis sosial tersebut bersifat koheren dan terkorelasi satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat melihat pentingnya hubungan kegiatan-kegiatan tersebut dengan keadaan riil di lingkungan mereka. Proses perubahan pada pola pikir masyarakat akan terbentuk, ketika mereka mengetahui sumber daya dalam daerahnya. Metode-metode tersebut dapat terlihat jelas dalam penjabaran berikut.

Metode Social Map dan Transect Walk membuka wawasan masyarakat untuk menyadari berbagai sumber daya yang mereka miliki. Dirancang sesuai kebutuhan analisis masyarakat, mereka diberi kesempatan untuk mempetakan dan mengidentifikasi semua sumber daya yang ada dalam daerahnya. Rumah, mata air, sungai, gunung, hutan, penduduk, ladang, binatang ternak, sanitasi, dampak lingkungan, dan berbagai kekayaan yang mereka miliki membuka kesadaran baru akan pentingnya sumber daya tersebut dalam keseharian hidup mereka. Mungkin selama ini tidak mereka sadari bahwa semua sumber daya tersebut dapat dikembangkan dalam proses perencanaan dan pembangunan wilayah mereka tanpa menunggu dan tergantung pada pihak luar. Oleh karena itu, kedua metode tersebut lebih bersifat “mengenal diri sendiri secara mendalam”.

Sedangkan Historical Term atau cerita dari waktu ke waktu menjadi suatu acuan untuk melihat perkembangan di daerah mereka dalam jangka waktu yang panjang. Metode analisis ini membuka suatu komparatif dalam masa yang panjang guna meninjau kembali apa yang saja yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat setempat. Dampak tersebut meliputi perubahan-perubahan yang telah menimbulkan kemajuan secara positif ataupun hal-hal negatif yang ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Dalam komparatif sejarah, masyarakat menyadari bahwa banyak hal telah terjadi dalam hidup mereka. Dampak hari ini merupakan kejadian masa lalu. Contohnya perubahan cuaca saat ini merupakan kerusakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada masa lalu. Atau keringnya mata air di daerah penggunugggan merupakan akibat dari penembangan liar di masa lalu. Singkatnya, dengan penyelusuran cerita dari waktu ke waktu membuat masyarakat sadar akan perilaku yang semenah-menah terhadap sumber daya yang ada, dan pada gilirannya mereka mampu memiliki visi ke depan untuk mengubah hal negatif menjadi hal lebih positif. Memperbaiki apa yang salah pada masa lalu. Melestarikan dan melindungi kembali sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan mereka dan anak cucu di masa depan.

Sebaliknya, metode Seasonal Calender membuka kembali wawasan masyarakat akan apa yang mereka lakukan selama satu tahun. Masyarakat diajak untuk menyadari akan siklus kegiatan mereka selama setahun dalam keseharian, mingguan dan bulanan. Tentunya, bagaimana siklus kegiatan-kegiatan tersebut mempengaruhi dan membentuk pola hubungan sosial, tata kehidupan, mata pencaharian, budaya, ekonomi, lingkungan, keamanan dan struktur masyarakat dimana mereka tinggal. Wawasan masyarakat dibuka untuk menyadari bahwa siklus-siklus kegiatan tersebut terjadi secara berulang-ulang dan memiliki peran yang krusial di setiap perkembangan masyarakat. Ada yang membawa dampak negatif dan adapula berdampak positif.

Untuk membenahi semua kegiatan masyarakat dibutuhkan semua keterlibatan komponen dalam komunitas itu sendiri terutama kaum laki-laki dan perempuan. Analisa Matrix Gender menekakan persamaan dan keseimbangan kaum pria dan wanita untuk melihat dan membagi peran, tanggung jawab dan tugas yang dapat mereka lakukan. Setiap pria dan wanita membagi tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pria membutuhkan wanita dalam berbagai kegiatan sebaliknya pun demikian. Lebih dari itu, pria dan wanita memiliki peran yang seimbang dalam tiap kegiatan, pertemuan, pengambilan keputusan hingga kerjasama di tingkat lapangan. Hakikinya, metode gender membawa tiap pria dan wanita menyadari akan tugas, tanggung jawab dan perannya masing-masing. Dalam tiap kegiatan tersebut, pria dan wanita sadar akan hak dan kewajibannya baik secara kodrat maupun dalam relasi sosial.

Namun dalam hubungan sosial yang lebih luas, ikatan dan korelasi dengan komponen lain juga sangat penting. Karenanya, metode Diagram Venn menjadi suatu acuan bagi masyarakat, dimana masyarakat dapat menyadari pentingnya hubungan dengan pihak lain yang berperan dalam proses suatu pembangunan seperti pemimpin lokal, pemuka adat, pemuka agama, kelompok perempuan dan kaum mudah, lembaga pemerintah, LSM dan institusi internasional. Semua komponen tersebut menjadi patner penting baik secara langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam proses perencanaan dan pembanguna daerah. Oleh sebab itu, masyarakat diajak untuk memilah komponen mana saja yang memiliki andil besar dalam kehidupan mereka. Hakikinya, melalui Diagram Venn masyarakat menyadari bahwa banyak instansi atau lembaga swadaya masyarakat baik itu lokal maupun nasional yang peduli terhadap kehidupan sosial komunitas.

Sangat penting digarisbawhi bahwa keterlibatan semua masyarakat dalam mengambil pada proses pembangunan sangatlah urgen. Pembangunan dalam konteks yang lebih dasar harus membawah manfaat bagi semua orang. Karenanya, partisipasi kolektif menjadi penting. Setiap elemen masyarakat baik kaum muda, perempuan, manula, anak-anak orang cacat ataupun kelompok marginal harus mendapat porsi dan tempat yang sama dalam proses pembangunan. Untuk meraih semua ide, pendapat dan suara dari tiap komponen masyarakat dibutuhkan metode dan pendekatan yang tepat. Salah satunya adalah Focus Group Discussion (FGD). Dalam analisis sosial, metode ini sangat penting, terutama bagi kelompok rentang dan marginal. Dengan diskusi dan pendekatan lebih persuasif diharapkan komponen masyarakat tersebut lebih leluasa dalam memberikan hak, ide, pendapat, harapan dan suara tentang suatu proses interaksi bersama dalam komunitas, termasuk didalamnya pembangunan komunitas itu sendiri. Konteks ini meletakkan pemahaman bahwa semua orang memiliki hak yang sama dalam koridor relasi sosial. Suatu proses pembangunan tanpa melibatkan kelompok rentang atau marginal (perempuan, anak-anak dan orang cacat) menimbulkan kesenjangan dalam pembangunan itu sendiri. Bahkan dalam takaran tertentu, pembangunan komunitas itu sendiri menuai “gap” dan diskriminasi. Karenanya, FGD menjadi metode kreatif untuk memberikan kelompok dalam rentang dalam menyalurkan suara dan ide-ide mereka.

Dampak CAP / PAK pada Pola Pikir dan Perubahan Masyarakat

Semua tool analisis sosial di atas memiliki pengaruh yang sangat kuat pada kerangka pola pikir dan perubahan masyarakat. Perubahan pola pikir serta kesadaran masyarakat dapat dianalisis melalui beberapa hal berikut:

Pertama, tumbuhnya kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang mereka miliki. Kesadaran merupakan faktor penting untuk membawa seseorang pada proses perubahan. Kesadaran mengandaikan adanya suatu pergesaran dalam melihat sesuatu dari konsep yang subyektif ke arah yang lebih obyektif. Tumbuhnya kesadaran membuat seseorang atau masyarakat secara kolektif untuk memperbaiki sesuatu yang salah menjadi benar. Contohnya: masyarakat menyadari bahwa pembakaran hutan dan perusakan lingkungan adalah tindakan yang salah dan dapat membahayakan hidup manusia. Pada gilirannya tumbuh kesadaran obyektif bahwa mereka perlu melindungi hutan, mata air dan memperbaiki tindakan-tindakan mereka yang salah seperti penebangan liar dan sebagainya. Kesadaran kolektif terjadi ketika masyarakat mulai melakukan reboisasi, perlindungan mata air dan membuat regulasi adat yang melarang tindakan-tindakan yang merusak lingkungan. Hal ini bisa terjadi juga dalam kegiatan lain seperti sanitasi yang keliru diganti dengan pembangunan jamban bagi tiap rumah dan keluarga. Hasil dari kesadaran kolektif adalah pembangunan masyarakat madani.

Kedua, meningkatnya kesadaran akan pengaturan sumber daya, pemanfaatan dan keberlangsungan. Inti dari CAP proses mengacu pada pembentukan rasa memiliki (Community Ownership Management). Tumbuhnya rasa memiliki secara kolektif mengarahkan pola pikir suatu masyarakat untuk menjaga dan melindunginya. Sebagai kausalitas, orientasi masyarakat diarahkan untuk mengatur sumber daya secara benar, memanfaatkan sesuai kebutuhan dan mengaturnya secara bijak untuk pemakaian dalam jangka waktu panjang. Contoh konkrit adalah: perlindungan mata air, adalah proses menjaga sumber daya, mengatur pengunaan air bersih untuk pemanfaatan jangka panjang seperti penyediaan air bersih secara berkelanjutan bagi masyarakat.

Ketiga, mengurangi sifat ketergantungan, membentuk masyarakat madani. Sebuah adigium lama berbunyi “Sebaiknya memberi umpan, bukan ikan” mengacu pada proses kemandirian tanpa ketergantungan. Proses ini membuka wacana baru dalam wawasan masyarakat bahwa, sifat ketergantung adalah sebuah mentalitas yang keliru dan anti konstruksi. Ketergantungan terus-menerus pada lembaga pemerintah atau semacamnya menempatkan masyarakat tersebut berada dalam titik rentang untuk mengupayakan pembangunan yang maksimal. PAK mengupayakan suatu proses penyadaran akan kemampuan untuk mengolah diri dan sumber daya tanpa mengharapkan bantuan terus-menerus dari pihak lain. Proses ini bisa disebut kemandirian, kreatif and proaktif. Sifat dependensi diubah menjadi independensi. Ini berarti juga bahwa hubungan pihak lain bersifat patner.

Suatu negara yang kuat baik secara politik, budaya, sosial ekonomi maupun keamanan[5] sangat dipengaruhi oleh komponen masyarakatnya dari tingkat basis yang telah mandiri secara madani. Pemberdayaan masyarakat madani hanya bisa terbentuk ketika pola pikir “ketergantungan” diganti dengan mengaldakan kemampuan diri, sumber daya lebih konstruktif dan kreatif.

Keempat, kesetaraan dan keselarasan dalam pembangunan komunitas basis. Selain sumber daya alam, kolektifitas sumber daya manusia sangat penting. Urgen sekali bahwa, tiap komponen dalam masyarakat merupakan sumber daya yang dapat diapakai dalam pembangunan suatu masyarakat. Setiap orang dan lembaga struktural memiliki fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Hal terpenting adalah tiap komponen tersebut diberi kesempatan yang sama dalam proses pengelolaan dan pembagunan. Contoh: melibatkan kaum perempuan dalam pembagian tugas dengan kaum pria, termasuk didalamnya mereka miliki peluang untuk mengambil keputusan, membagi peran dan tanggung jawab dalam struktur lokal.

Kesimpulan

Berhasil tidaknya suatu program yang akan diterapkan untuk merubah pola pikir dan kehidupan sosial suatu komuitas tertentu tergantung pada soasialisasi CAP / PAK itu sendiri. Proses perubahan pola pikir dan kehidupan sosial suatu komunitas bukanlah suatu hal yang gampang, tetapi perlu membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi, harus disadari bahwa, tool hanyalah alat. Dalam konsep ini, fasilitator dan aktor komunitas basis harus memiliki strategi konstruktif untuk meyakinkan masyarakat bahwa semua pendekatan tersebut memiliki manfaat bagi masyarakat secara komprehensif dan berkelanjutan menuju masyarakat madani. Kreatifitas LSM / NGO tentunya sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat guna mengerti semua tingkat kegiatan sosial tersebut. Tugas LSM dapat dianalogi seperti mendampingi masyarakat untuk “memancing ikan” mengarahkan mereka dengan berbagai metode “untuk memancing” tapi tidak akan menfasilitasi masyarakat untuk terus menerus “meminta ikan”. Berikan pancing dan biarkan masyarakat memancing sendiri. Itulah harapan dari proses perubahan masyarakat dari metode analisis sosial CAP / PAK.



*Alarico Moniz, Le.Ec., menyelesaikan pendidikan pada studi ekonomi dan pembangunan pada Universidade Nacional de Timor Leste (2009). Telah berkecimpung lama (2004) dalam pembangunan masyarakat basis khususnya fasilitasi pelaksanaan PRA dan CAP. Saat ini bekerja sebagai fasilitator komunitas untuk CAP dan program Air Bersih di Aplimentec Foundation.

[1] CAP merupakan alat analisis social yang dikembangkan oleh RWSSP - Suatu lembaga internasional dibawah dukungan pemerintah Australia yang secara khusus membantu kebijakan teknis pemerintah RDTL dalam pembangunan air bersih di seluruh wilayah Timor Leste.
[2] Teori ketergantungan bisa dipakai dalam konteks pola mental masyarakat. Budaya dependensi sangat kuat dalam masyarakat Timor Leste secara umum karena telah terstruktur selama ratusan tahun dibawah penjajahan Portugis dan Indonesia. Ketergantungan membuat masyarakat tidak berdaya, tidak mandiri, tidak kreatif dan tidak memiliki kemauan untuk berusaha kecuali mengandalkan bantuan secara terus-menerus.
[3] Masyarakat madani adalah suatu komunitas yang telah mampu secara swadaya dan swasembada. Swadaya diartikan sebagai kemampuan komunitas untuk bekerja sendiri dengan kemampuannya untuk pembangunan daerahnya tanpa tergantung pada pemerintah atau institusi luar. Bantuan pemerintah dan LSM hanya diperlukan dalam konteks pembangunan yang diluar kemampuan masyarakat seperti: jalan raya, jembatan atau kegiatan lain yang membutuhkan biaya besar. Swasembada beroientasi pada kemampuan masyarakat untuk menghasilkan bahan kebutuhan pokok untuk dijual dan dikomsumsi. Dua konsep ini merupakan konsep masyarakat madani yang diharapkan dalam proses pembangunan nasional.
[4] RWWSP bekerjasama dengan SAS dan lembanga interministerial lain telah mengembangkan metode CAP dengan menambahkan beberapa tool untuk analisis social.
[5] Keamanan berorientasi pada ketahanan pangan – ketersediaan makanan secara menerus-menerus, keamanan lingkungan (sanitasi dan higene), ramah lingkugan dan keamanan secara struktur social.